Kamis, 01 Juni 2017

Islam di Seramoe Mekkah Terancam punah.

oleh  : Yuliana

Merosotnya moral keislaman sebagian besar kalangan masyarakat aceh membuat aceh sudah  tidak layak lagi dijuluki dengan “seramoe mekkah”  kata yang bermakna keislaman, keimanan dan ketaqwaan. Gelar kehormatana itu disematkan  pada saat puncak kejayaan aceh dibawah pimpinan sultan iskandar muda. Ya, mungkin julukan itu layak buat aceh pada masa itu, dimana segala sesuatu yang dilakukan selalu bernuansa islami. Tetapi, bukanberarti  sekarang tidak bernuansa islami lagi setiap apa yang ditekuni masyarakat aceh. Hanya saja, islam yang seperti apa? Apakah islam hanya sebatas tertera pada kartu identitas(ktp) ? atau islamyang benar-benar dari dalam qalbu individu yang mengaku dua syahadat, yaitu bersaksi Allah sebagai Tuhannya dan Muhammad Sebagai nabinya?
            Lucu rasanya ketika menjadi satu-satunya provinsi yang memiliki Dinas Syariat Islam tetapi tidak bersyariat.
Islam di aceh saat ini sudah sangat terpuruk bahkan bisa dikatakan terancam punah.  Dilihat pada sisi pemerintah,  benar yang memimpin ialah mereka yang agamanya kuat dan rata-rata memiliki tanda sujud di dahinya,tetapi tidak bisa dipungkiri, bahwa orang yang seperti itu tidak melakukan korupsi. Korupsi tidak selalu diidentikan dengan uang , bisa saja korupsi waktu, bisa kita lihat  berapa banyak pejabat pemerintahan yang menghabiskan waktu untuk bercengkerama tidak jelas di warung kopi berjam-jam pada jam kerja, sementara banyak sekali perihal pemerintahan yang harus diselesaikan. Contoh korupsi lainya juga bisa dilihat selalu terjadi ‘penyunatan’ uang masuk, sehingga berbagai aspek pembangunan tidak sesuai dengan anggaran yang dikeluarkan. Ini jelas bahwa cover keagamaan itu tidak menjamin mereka itu selalu baik.
Aceh, khususnya banda aceh tentunya sudah memiliki ikon kegamaan yang kuat dan bahkan hampir dikenal di seluruh penjuru dunia. Yaitu Mesjid Raya Baiturahman. Mesjid yang ini menjadi pusat perhatian setiap insan yang datang ke Aceh. Saat ini  mesjid ini sudah diperluas dan diperindah dengan ornamen bangunan yang hampir menyerupai mesjid di Madinah. Tujuan perluasan mesjid ialah untuk membuat semua orang bisa beribadah dengan tenang tanpa perlu berdesak-desakan. Tetapi, para pengunjung sudah menyalahgunakan hal itu, mereka datang ke mesjid bukan untuk beribadah, melainkan untuk berpoto riya, berselfi (istilah anak muda sekarang),  bahkan ada yang berpiknik bersama keluarga, teman, dan “pacar”. Efek samping dari kegiatan tersebut ialah mesjid menjadi kotor dan merusak keindahan dan kebersihan mesjid. Jauh-jauh dari kampung datang ke Mesjid raya hanya sekedar berpoto, lalu pulang atau ketempat lain tanpa beribadah terlebih dahulu di dalam mesjid. Ada juga yang ketika azan berkumandang masih saja tertawa gelak tidak menghiraukan panggilan dari pencipta-Nya. Dikawatirkan mesjid ini akan jadi objek wisata bukan lagi tempat beribadah. Lalu, layakah kita menyalahkan orang lain menodai agama kita, sementara kita sendiri tidak pernah mau tau dengan agama kita.
Berbicara keamanan di Aceh, jelas aman karena sudah tidak lagi di era perang. Hanya saja ada sisi lain yang tidak aman. Misalnya, banyaknya pencuri yang mencover dirinya sebagai orang baik. Datang kemesjid bukan tujuan  untuk beribadah melainkan untuk mencuri. Ketika kita salat lalu meletakkan tas di depan, maka rasa was-was mengganggu proses ibadah sebab dikawatirkan ada tangan jahil yang akan merogoh tas kita. Muazin saja bisa mencuri kotak amal mesjid seusai azan. Hal sepele lain pun dapat terjadi di kawasan ibadah kita. Seperti hilangnya sendal, jangankan sendal mewah atau mahal sendal jepit harga 12 ribu saja diembat juga. Maka benar apa yang dikatakan orang-orang “jangan menilai buku dari sampulnya”. Kemudian timbul pertanyaan, kemana lagi kita menemukan orang baik jika di kota seramoe mekkah saja sudah banyak setan bertopeng malaikat?
Menyingkap fenomena yang saat ini melanda kaum pemuda aceh ialah, banyaknya warong kopi atau sering di singkat warkop yang menyediakan wifi-free unlimited, cukup 3-7 ribu saja sudah bisa mengakses internet tanpa meperdulikan waktu. Hanya waktu magrib saja warkop itu ditutup sejenak. Bukan pintu yang ditutup hanya lampu saja dimatikan, meskipun demikian masih terlihat berapa pemuda yang terfokus pada laptop dalam keremangan senja. Hal lain lagi, senang rasanya ketika melihat pemuda aceh duduk dan bergurau sesama pemuda begitupun pemudinya, terlintas dipikiran kita bahwa mereka paham tidak boleh duduk bersama yang bukan mahram kecuali di tiga tempat, yaitu tempat belajar, tempat ibadah dan pasar. Tetapi ada unsur lain dibalik kebersamaan sesama jenis tersebut. Para generasi muda aceh ini sudah mulai diracuni oleh peradaban barat, mereka sudah menyukai sesama jenis (homoseksual). Dan bahkan ada yang sudah melakukan hubungan sesama jenis tersebut. Hal ini dilihat dari maraknya berita penangkapan para pelaku homoseks di Aceh.
Malu rasanya ketika mendengar orang begitu bangga mengatakan dirinya anak Aceh  kota  seramoe mekkah. Karena terkadang dia sendiri tidak paham apa itu kata seramoe mekkah sehingga apa yang dia katakan tidak sesuai dengan yang dia lakukan. Jelas ini membuktikan bahwa dia tidak paham makna yang mendalam dari seramoe mekkah tersebut.
Permasalahan moral yang terjadi saat ini di Aceh sudah menunjukkan bahwa Islam Di Aceh akan terancam punah. Sekilas kita berbalik ke sejarah kehancuran peradaban islam di Spanyol   seperti yang di tuliskan dalam Geografi Islam karangan bapak  Hasan Basri M.Nur dan Zaki Husain, sepertinya akan terjadi kehancuran Islam di Seramoe mekkah layaknya kehancuran peradaban Islam Di Spanyol. Kita bisa membaca bagaimana Islam disana hancur dan terporakporandakan dan dikhawatirkan hal itu akan terjdi di kota Islam aceh tercinta ini.
            Pemerintah Islam Spanyol baru berakhir sekitar tahun 1492 atau 1502, setelah sekitar  delapan abad lebih berkuasa. Sedikit demi sedikit umat Islam di eropa kehilangan wilayahnya. Mula-mula kota toledo direbutnya kota toledo direbut oleh kristen pada tahun 1085 M. Tahun 1236 M menyusul kardoba dirampas oleh raja Alfanso VII dari castillia. Dengan direbutnya kota kardoba, maka hancur pula pusat kebudayaan Islam. Berbagai Infrastruktur yang telah dibangun oleh pemerintahan islam dihancurkan , termasuk mesjid raya kardoba serta kutubul Hannah yang berisi segala cabang ilmu musnah.
            Setelah bersatunya raja kristen eropa, terutama raja spanyol dan protugis, yang kemudian raja feerdinand menikah dengan ratuisabela pada tahun 1502. Keduanya lalu meresmikan penghapusan semua bentuk syiar islam di spanyol dan tidak diizinkan lagi orang islam menetap serta menjalankan agamanya dalam kerajaan mereka, walaupun dalam temapt yang tertutup. Semua kaum muslimin di usir atau dipaksa masuk agama kristen. Juga tidak boleh ada penduduk yang memakai nama arab atau Islam. Bila ada yang melanggar keputusan raja adalah dibunuh hukumannya.
            Kehancuran Islam di Spanyol hampir mirip dengan apa yang akan terjadi di Aceh. Hanya saja Islam di Aceh dihancurkan oleh rakyatnya sendiri bukan oleh orang lain. Bukankah kasus jauh  ini lebih parah?. Jika permasalahan moral di Aceh tidak bisa dikurangi dan dihilangkan, maka nantikan saja Islam di aceh akan hancur, segala peradaban akan berganti peradaban barat.  Islam hanya akan jadi syarat KTP dan tidak bisa  dikatakan tidak mungkin Poin agama dalam kartu identitas akan hilangkan. Mungkinkah Islam Seramoe mekkah akan bertahan dalam kondisi di atas? Jelas tidak. Jika seramoe mekkah tidak bisa dipertahankan, maka harapan mewujudkan Aceh kota Madani hanyalah sebatas wacana.
           

Kemunafikan dalam Pembelaan Palestina

Oleh  : Yuliana Dilema besar dari keputusan Donald Trump ini ialah sebuah keyakinan keimanan tidak akan pernah selesai dengan solu...