oleh : Yuliana
Merosotnya
moral keislaman sebagian besar kalangan masyarakat aceh membuat aceh sudah tidak layak lagi dijuluki dengan “seramoe
mekkah” kata yang bermakna keislaman,
keimanan dan ketaqwaan. Gelar kehormatana itu disematkan pada saat puncak kejayaan aceh dibawah pimpinan
sultan iskandar muda. Ya, mungkin julukan itu layak buat aceh pada masa itu,
dimana segala sesuatu yang dilakukan selalu bernuansa islami. Tetapi,
bukanberarti sekarang tidak bernuansa
islami lagi setiap apa yang ditekuni masyarakat aceh. Hanya saja, islam yang
seperti apa? Apakah islam hanya sebatas tertera pada kartu identitas(ktp) ?
atau islamyang benar-benar dari dalam qalbu individu yang mengaku dua syahadat,
yaitu bersaksi Allah sebagai Tuhannya dan Muhammad Sebagai nabinya?
Lucu rasanya ketika menjadi
satu-satunya provinsi yang memiliki Dinas Syariat Islam tetapi tidak
bersyariat.
Islam
di aceh saat ini sudah sangat terpuruk bahkan bisa dikatakan terancam
punah. Dilihat pada sisi pemerintah, benar yang memimpin ialah mereka yang agamanya
kuat dan rata-rata memiliki tanda sujud di dahinya,tetapi tidak bisa
dipungkiri, bahwa orang yang seperti itu tidak melakukan korupsi. Korupsi tidak
selalu diidentikan dengan uang , bisa saja korupsi waktu, bisa kita lihat berapa banyak pejabat pemerintahan yang
menghabiskan waktu untuk bercengkerama tidak jelas di warung kopi berjam-jam
pada jam kerja, sementara banyak sekali perihal pemerintahan yang harus
diselesaikan. Contoh korupsi lainya juga bisa dilihat selalu terjadi ‘penyunatan’
uang masuk, sehingga berbagai aspek pembangunan tidak sesuai dengan anggaran
yang dikeluarkan. Ini jelas bahwa cover keagamaan itu tidak menjamin mereka itu
selalu baik.
Aceh,
khususnya banda aceh tentunya sudah memiliki ikon kegamaan yang kuat dan bahkan
hampir dikenal di seluruh penjuru dunia. Yaitu Mesjid Raya Baiturahman. Mesjid
yang ini menjadi pusat perhatian setiap insan yang datang ke Aceh. Saat ini mesjid ini sudah diperluas dan diperindah dengan
ornamen bangunan yang hampir menyerupai mesjid di Madinah. Tujuan perluasan
mesjid ialah untuk membuat semua orang bisa beribadah dengan tenang tanpa perlu
berdesak-desakan. Tetapi, para pengunjung sudah menyalahgunakan hal itu, mereka
datang ke mesjid bukan untuk beribadah, melainkan untuk berpoto riya, berselfi
(istilah anak muda sekarang), bahkan ada
yang berpiknik bersama keluarga, teman, dan “pacar”. Efek samping dari kegiatan
tersebut ialah mesjid menjadi kotor dan merusak keindahan dan kebersihan
mesjid. Jauh-jauh dari kampung datang ke Mesjid raya hanya sekedar berpoto,
lalu pulang atau ketempat lain tanpa beribadah terlebih dahulu di dalam mesjid.
Ada juga yang ketika azan berkumandang masih saja tertawa gelak tidak
menghiraukan panggilan dari pencipta-Nya. Dikawatirkan mesjid ini akan jadi
objek wisata bukan lagi tempat beribadah. Lalu, layakah kita menyalahkan orang
lain menodai agama kita, sementara kita sendiri tidak pernah mau tau dengan
agama kita.
Berbicara
keamanan di Aceh, jelas aman karena sudah tidak lagi di era perang. Hanya saja
ada sisi lain yang tidak aman. Misalnya, banyaknya pencuri yang mencover
dirinya sebagai orang baik. Datang kemesjid bukan tujuan untuk beribadah melainkan untuk mencuri.
Ketika kita salat lalu meletakkan tas di depan, maka rasa was-was mengganggu
proses ibadah sebab dikawatirkan ada tangan jahil yang akan merogoh tas kita.
Muazin saja bisa mencuri kotak amal mesjid seusai azan. Hal sepele lain pun
dapat terjadi di kawasan ibadah kita. Seperti hilangnya sendal, jangankan
sendal mewah atau mahal sendal jepit harga 12 ribu saja diembat juga. Maka
benar apa yang dikatakan orang-orang “jangan menilai buku dari sampulnya”.
Kemudian timbul pertanyaan, kemana lagi kita menemukan orang baik jika di kota
seramoe mekkah saja sudah banyak setan bertopeng malaikat?
Menyingkap
fenomena yang saat ini melanda kaum pemuda aceh ialah, banyaknya warong kopi
atau sering di singkat warkop yang menyediakan wifi-free unlimited, cukup 3-7
ribu saja sudah bisa mengakses internet tanpa meperdulikan waktu. Hanya waktu
magrib saja warkop itu ditutup sejenak. Bukan pintu yang ditutup hanya lampu
saja dimatikan, meskipun demikian masih terlihat berapa pemuda yang terfokus
pada laptop dalam keremangan senja. Hal lain lagi, senang rasanya ketika
melihat pemuda aceh duduk dan bergurau sesama pemuda begitupun pemudinya,
terlintas dipikiran kita bahwa mereka paham tidak boleh duduk bersama yang
bukan mahram kecuali di tiga tempat, yaitu tempat belajar, tempat ibadah dan
pasar. Tetapi ada unsur lain dibalik kebersamaan sesama jenis tersebut. Para
generasi muda aceh ini sudah mulai diracuni oleh peradaban barat, mereka sudah
menyukai sesama jenis (homoseksual). Dan bahkan ada yang sudah melakukan
hubungan sesama jenis tersebut. Hal ini dilihat dari maraknya berita
penangkapan para pelaku homoseks di Aceh.
Malu
rasanya ketika mendengar orang begitu bangga mengatakan dirinya anak Aceh kota seramoe mekkah. Karena terkadang dia sendiri
tidak paham apa itu kata seramoe mekkah sehingga apa yang dia katakan tidak
sesuai dengan yang dia lakukan. Jelas ini membuktikan bahwa dia tidak paham
makna yang mendalam dari seramoe mekkah tersebut.
Permasalahan
moral yang terjadi saat ini di Aceh sudah menunjukkan bahwa Islam Di Aceh akan terancam
punah. Sekilas kita berbalik ke sejarah kehancuran peradaban islam di Spanyol seperti
yang di tuliskan dalam Geografi Islam karangan bapak Hasan Basri M.Nur dan Zaki Husain, sepertinya
akan terjadi kehancuran Islam di Seramoe mekkah layaknya kehancuran peradaban
Islam Di Spanyol. Kita bisa membaca bagaimana Islam disana hancur dan
terporakporandakan dan dikhawatirkan hal itu akan terjdi di kota Islam aceh
tercinta ini.
Pemerintah Islam Spanyol baru
berakhir sekitar tahun 1492 atau 1502, setelah sekitar delapan abad lebih berkuasa. Sedikit demi
sedikit umat Islam di eropa kehilangan wilayahnya. Mula-mula kota toledo
direbutnya kota toledo direbut oleh kristen pada tahun 1085 M. Tahun 1236 M
menyusul kardoba dirampas oleh raja Alfanso VII dari castillia. Dengan
direbutnya kota kardoba, maka hancur pula pusat kebudayaan Islam. Berbagai
Infrastruktur yang telah dibangun oleh pemerintahan islam dihancurkan ,
termasuk mesjid raya kardoba serta kutubul Hannah yang berisi segala cabang
ilmu musnah.
Setelah bersatunya raja kristen
eropa, terutama raja spanyol dan protugis, yang kemudian raja feerdinand
menikah dengan ratuisabela pada tahun 1502. Keduanya lalu meresmikan
penghapusan semua bentuk syiar islam di spanyol dan tidak diizinkan lagi orang
islam menetap serta menjalankan agamanya dalam kerajaan mereka, walaupun dalam
temapt yang tertutup. Semua kaum muslimin di usir atau dipaksa masuk agama
kristen. Juga tidak boleh ada penduduk yang memakai nama arab atau Islam. Bila
ada yang melanggar keputusan raja adalah dibunuh hukumannya.
Kehancuran Islam di Spanyol hampir
mirip dengan apa yang akan terjadi di Aceh. Hanya saja Islam di Aceh dihancurkan
oleh rakyatnya sendiri bukan oleh orang lain. Bukankah kasus jauh ini lebih parah?. Jika permasalahan moral di
Aceh tidak bisa dikurangi dan dihilangkan, maka nantikan saja Islam di aceh
akan hancur, segala peradaban akan berganti peradaban barat. Islam hanya akan jadi syarat KTP dan tidak
bisa dikatakan tidak mungkin Poin agama
dalam kartu identitas akan hilangkan. Mungkinkah Islam Seramoe mekkah akan
bertahan dalam kondisi di atas? Jelas tidak. Jika seramoe mekkah tidak bisa
dipertahankan, maka harapan mewujudkan Aceh kota Madani hanyalah sebatas
wacana.