Oleh : Yuliana
Dilema besar dari keputusan
Donald Trump ini ialah sebuah keyakinan keimanan tidak akan pernah selesai
dengan solusi politik. Dan pengakuan Donald Trump terhadap Yerussalem
sebagai ibu kota Israel tidak akan mengurangi keyakinan umat bahwa Yerussalem
merupakan kota suci, sekaligus diakui sebagai ibu kota Palestina masa depan.
Yerussalem bagi Yahudi
menjadi bagian dari iman mereka. Kota tua itu ialah simbol kejayaan masa lalu
mereka. The Temple of Solomon yang diyakini terletak di bawah Masjid Al-Aqsa
itulah impian keagamaan mereka. Seperti impian seorang muslim menatap wajah
baginda Rasulullah SAW. Sebaliknya, Al-Quds, tempat Masjidil Al-Aqsa berdiri,
menjadi bagian integral dari keimanan Islam. Bagi orang Islam tempat ini bukan
sekedar terbangun atas sejarah 3000 tahun silam. Tapi diyakini sebagai kota
akidah, sejak Nabi Ibrahim hingga keturunan anak-anaknya. Bedanya, bagi kita
ialah relevansinya adalah akidah dan keimanan. Sedangkan umat Yahudi
relevansinya adalah sejarah kejayaan dan etnik ras.
Keputusan Donald Trump
mengakui Yerussalem sebagai ibu kota Israel semakin memperdalam permusuhan.
Donald Trump telah menyiram bensin dalam kobaran api kebencian kepada Amerika
di mana-mana. Implikasinya tidak hanya pada Israel dan Amerika tapi juga
termasuk negara-negara pendukung lainnya, termasuk sebagian dunia Islam
sendiri.
Apa yang dilakukan Donald
Trump ini justru berdampak sangat buruk terhadap Amerika sendiri. Ameriak
sejak lama dicurigai sebagai tuan Israel. Maknanya, setiap kebijak buruk
pemerintah Israel dinilai sebagi bagian dari kebijak Amerika. Dengan
keputusan tersebut, terkuak sudah kecurigaan itu menjadi bukti yang nyata,bahwa
Ameriak selalu menjadi “Bumper” bagi kepentingan Israel. Konseksuensinya, Amerika
akan menjadi buah bibir kebencian dan kemarahan dunia Islam. Pada akhirnya,
masyarakat akan Amerika akan menjadi korban demi ambisi Donald Trump dalam
memuaskan segelintir pendukungnya.
Israel dan Ancamannya Terhadap Dunia Islam
Israel adalah ancaman bagi
instabilitas di kawasan Timur Tengah. Bahkan keberadaanya menjadi “bom waktu”
bagi kawasan tersebut. “Bom waktu”ini sistematis diciptakan oleh Inggris dan AS
di kawsan itu agar kawasan Timur Tengah yang dikenal mempunyai banyak potensi –letak
geografis yang strategis, tempat lahirnya agama Samawi, dan cadanagan minyak
gas yang melimpah—akan membahayakan posisi Inggris dan AS sebagai adikuasa
kuasa negara-negara itu bersatu dan kuat. Jika sudah terlihat tanda-tanda
bersatu dan bangkit, tinggal ganggu sedkit kedamaian dengan mengusik Israel,
maka perang pasti akan pecah. Jika kawasan anak benua India, Inggris
menempatkan “bom waktu” bernama Kashmir maka di Tengah Tengah
ditempatkannya anak emasnya Isarel, sebagai “bom waktu”.
Amerika Secara terang-terangan
memposisikan Israel sebagai anak emas yang tak pernah salah, bahkan dimanja.
Ini menunjukkan kuatnya pengaruh lobi tertinggi Israel dalam jantung AS. As
menyetujui apapun premintaan Israel dan tidak pernah menyalahkan agresi
biadabIsrael terhadap bangsa Palestina dan negara-negara Arab di sekitarnya. AS
selalu tanpa rasa malu melakukan hak veto penolakan atas usaha-usaha
anggota PBB untuk memberikan sanksi atau pelanggaran berat yang dilakukan
Israel. AS bersikap pura-pura tidak tahu tentang program nukir serta pelnggaran
HAM yang dilakukan Israel. Dalam hal ini AS bersikap munafik, sebab jika hal
serupa terjadi pada negara lain AS akan langsung menggalang kekuatan untuk
menumpasnya. Leubeng blahdeh laot deuh, gajah bak bineh mata hana deuh (semut
diseberang lautan Nampak, gajah dipelupuk mata tidak Nampak). Sikap AS yang
berulang-ulang seperti ini telah menimbulkan geraka-gerakan radikal, bahkan
terorisme, dan anti-Amerika di kalangan dunia Islam.
Karena perangai negara Israel
yang tidak simpatik, sering mengganggu negara lain, ingkar janji dan terus
menjajah Palestina, maka banyak negara di dunia ini tidak menjalin hubungan
diplomatic dengan Israel. Khususnya ngera Islam, kecuali Mesir, Yordania dan
Mauritania. Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar dunia
dengan tegas menolak hubungan diplomatic dengan Israel, tetapi menjalani
hubungan baik dengan palestina dengan memberikan tempat khusus kepada palestina
untuk membuka kedutaan besar di Jakarta.
Masalah Dunia Islam
Harusnya kita tidak perlu
terlalu shock batin dengan keputusan Donald Trump ini. Selalin memang
karakternya yang cenderung berbuat sebelum berpikir dan kalau sudah kalah tidak
mau mengakuinya. Tapi juga karena persepsi yang selama ini berkembang di
Amerika bahwa membela Israel adalah sesuatu yang mulia dan sebaliknya,
menentang Israel sama halnya dengan menentang Amerika. Seperti Benjamin
Nathanyu yang membenci setengah mati Barack Obama karena berani mengkritik
Israel.
Sesungguhnya masalah utama
justru pada Dunia Islam sendiri. Secara agama ini bukan sesuatu yang aneh.
Kelemahan utama umat akan selalu terlihat pada perpecahan. Kerapuhan umat dalam
kesatuan selalu kerpa dimainkan oleh mereka yang memiliki kepentingan.
Saat ini ada 57 negara dengan
mayoritas Muslim. Tergabung dalam sebuah organisasi OKI (Organisasi Kerja Sama
Islam). Organisasi ini ialah organisasi negra-negra di dunia terbesar setelah
GNB (Gerakan Non Blok). Persatuan negra-negara Amerika, Uni Eropa masih bahkan
Afrika masih kalah. Ironisnya, OKI tidak punya gigi yang kuat ketika berada di
posisi membela kepentingan umat. Posisi mereka selalu akan selalu kalah oleh
keputusan negara adi kuasa dalam PBB.
Rumor Palestina dari dulu
selalu menjadi rumor hangat di kalangan pemimpin Islam. Di setiap kampanye
pemilihan misalnya, salah satu rumor yang sering dijual ialah Rumor Palestina.
Termasuk pada pemilihan Presiden RI dua tahun lalu, yang berkomitmen membuka
kedutaan Indonesia di Palestina yang sampai detik ini belum terlihat
bayangannya. Begitulah setelah kepentingan pemain terwujud ditangan maka rumor
itu tercampakkan begitu saja. Rumor itu akan kembali dipungut ketika para
penguasa itu berkepentingan kembali.
Retorika demi retorika
pembelaan Palestina terdengan dimana-mana. Yang ditakutkan adalah ketika
pemimpin itu dengan retorika tinggi menghujat, memaki dan mengutuk-ngutuk
Israel, tetapi dibelakang dengan tangan terbuka dan pelukan hangat melakukan
hubungan diplomatik. Namun, yang pastinya Muslim sejati tahu bagaimana
memperlakukan dirinya. Sebab, satu muslim dengan muslim lainnya adalah satu
batang tubuh,satu bagian terluka maka seluruh tubuh sakit. Tidak perlu ada
kemunafikan dalam kebaikan.